Review: Putri Kunang-Kunang

Judul: Putri Kunang-Kunang
Penulis: Titi Setiyoningsih
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 189 halaman
Tahun terbit: 2015

image

SINOPSIS:
Kasanding Hapsari–Sanding–harus meninggalkan desa tempat tinggalnya sejak kecil dan pindah ke kota. Di kota Sanding harus masuk ke sekolah keren dan terkenal. Hal itu membuat Sanding merasa masuk ke sarang Alien. Ia harus siaga dari gangguan para anggota genk populer, terutama Ragan Subagya.

Untuk membuatnya betah bersekolah di sekolah barunya, Sanding masuk ke ekskul drama, eskul yang katanya perkumpulan orang-orang cupu. Tapi karena suatu hal, tiba-tiba seorang anggota populer bernama Pranatakala Wicaksana harus masuk ke ekskul drama. Dan cowok itu harus menjadi lawan main Sanding dalam lakon Ramayana, berperan sebagai Rama.

Karena sering berjumpa hubungan Kala dan Sanding semakin baik. Mereka kian dekat. Hingga tanpa sadar mereka saling jatuh cinta. Tapi hal itu tentu saja membuat geng populer tidak senang, terutama Afro dan Ragan. Alasannya karena Afro masih mencintai Kala dan Ragan, diam-diam mencintai Sanding.

REVIEW:

Putri Kunang-kunang adalah novel pertama dari Titi Setiyoningsih yang saya baca. Novel ini cukup menghibur dan sesuai dengan rasanya sesuai dengan genrenya, teenlit GPU.

Poin yang saya suka dari novel ini adalah unsur cerita Ramayana yang ternyata bukan hanya tempelan saja, tetapi cerita itu menjadi bagian penting dari ploting cerita.

Selain itu gaya bercerita penulisnya pun lincah. Ceritanya begitu mengalir tanpa bertele-tele dengan diksi yang rumit.

Untuk penokohan, cukup unik nama-namanya, meski agak sulit disebutkan nama lengkap tokohnya. Tetapi nama itu terdengar pas dengan setting cerita (yang saya tangkap adalah daerah pulau Dewata).

Namun tak ada gading yang tak retak, kelemahan novel ini adalah banyak teka-teki yang belum selesai. Terutama itu bagian konflik turun temurun antara keluarga Ragan dan Kala. Konflik itu belum jelas apa penyebabnya dan bagaimana akhirnya.

Meskipun begitu, secara keseluruhan saya menikmati novel ini. Sangat menghibur saat saya sedang santai. Dan tentu saja saya rekomendasikan untuk para pecinta novel teenlit.

Terakhir, saya sematkan 3,5 dari 5 bintang untuk si manis Putri Kunang-Kunang ini. ^^

Review: Happiness

Judul: Happiness
Penulis: Fakhrisina Amalia
Penerbit: Ice Cube
Tahun terbit: Agustus, 2015
Tebal: 222 halaman
Harga: Rp 48.000,-

image

Sinopsis:

Ceria tidak menyukai matematika dan matapelajaran eksakta apapun. Tapi tidak bagi orang tuanya–mama yang dosen matematika dan papa yang seorang akuntan. Bagi kedua orangtuanya, hitung-hitungan itu spesial. Kedua orang tuanya selalu membanding-bandingkan Ceria dengan Reina, teman sekelasnya yang jago matematika sekaligus tetangganya. Satu-satunya pihak yang memahaminya cuma Farhan, abangnya. Tetapi ternyata keberadaan Farhan tak cukup bagi Ceria, dia tetap menginginkan pengakuan dari orangtuanya. Oleh karena itu Ceria mati-matian belajar agar nilai eksaktanya lebih unggul dari Reina. Ceria ingin orangtuanya mengakui bahwa Ceria lebih baik dari Reina. Tetapi, meskipun nilai UN Ceria sempurna–mengalahkan Reina dan jadi yang tertinggi di sekolah–orangtuanya tetap selalu menyanjung-nyanjung Reina. Hal itu membuat Ceria semakin membenci Reina.

Tidak hanya itu, demi kebanggaan orangtuanya pun Ceria rela mengorbankan impiannya dan memilih masuk jurusan Matematika. Farhan menentangnya. Tapi Ceria tak peduli. Karena dia marah dengan Farhan yang berpacaran dengan Reina. Untuk bisa lulus jurusan Matematika, Ceria dibantu oleh Doni, teman sekaligus orang yang menyukai dan disukai Ceria.

Ceria menjadi mahasiswa jurusan Matematika. Dan kehidupan Ceria semakin tidak bahagia. Setiap kuliah, ia sering merasa mual dan muntah setelah perkuliah selesai. Akibatnya, nilai-nilai UTSnya hancur. Ceria meminta tolong Doni untuk membantunya, tapi Doni tidak bisa. Hal itu memicu pertengkaran mereka.

Farhan yang mengetahui nilai-nilai Ceria, meminta Ceria untuk berhenti. Tapi, Ceria menolaknya. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa lebih baik dari Reina. Dia mampu menaklukan matematika.

Hingga sesuatu yang buruk terjadi, dan membuka mata Ceria bahwa dia harus berhenti sebelum semuanya menjadi semakin buruk.

image

Review:
Ini adalah novel seri YARN ke 10 yang saya baca. Dan seperti novel-novel sebelumnya, saya menutup kisah ini dengan senyum puas.

Dari segi konflik, jujur novel ini tidak terlalu berat–seperti beberapa konflik novel YARN lainnya–tapi sering terjadi di kehidupan kita. Bagaimana impian seorang anak harus terbentur dengan harapan kedua orangtuanya. Dan demi orangtuanya sang anak rela mengorbankan impiannya demi membuat orangtuanya bangga. Jujur dulu saya pernah berada di posisi Ceria, dan saya tahu bagaimana tidak bahagianya menjadi seperti orang lain.

Untuk karakter, semua dibangun penulis dengan baik. Dari awal sampai akhir saya sangat suka melihat pergerakan karakter tokoh utamanya, Ceria. Memang ada beberapa hal yang buat saya jengkel, tapi setelah saya pikirkan, kadang sikap-sikap seperti itu wajar dilakukan saat berada di posisi Ceria. Saya juga suka karakter Farhan dan Doni. Ah … senang ya rasanya kalo punya saudara seperti Farhan.

Untuk gaya bercerita, saya angkat tangan. Tidak perlu di komentari. Plotingnya juga diatur dengan baik. Penambahan flashback semakin memperjelas karakter Ceria.

Dan hal yang paling saya sukai adalah pesan dari novel ini. Benar-benar wajib direnungi bagi kita juga orangtua dimana pun: bahwa anak cerdas itu tidak hanya dilihat dari kemampuan eksaktanya. Setiap anak punya kemampuan dan keahlian di bidang masing-masing. Dan juga: hidup dalam rasa iri dan menjadi bayang-bayang orang lain tak akan bisa membuat kita bahagia.

Terakhir, saya menyematkan 4 bintang dari 5 bintang untuk novel Happiness karya Fakhrisina ini. Oh iya, covernya benar-benar menakjubkan. Sukses buat penulis dan penerbitnya. ^^

Review: Cermin Tak Pernah Berteriak

Judul: Cermin Tak Pernah Berteriak
Penulis: Ida R. Yulia
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal: 292 halaman
Tahun Terbit: 2015

image

Sinopsis:
Di hari ulangtahunnya Agasthya Ega Baskoro mendapatkan kado yang mengerikan, ibu dan adiknya meninggal dalam kecelakaan saat ingin ke sekolahnya. Tidak hanya itu, ia juga harus menyaksikan betapa buruknya kondisi sang ibu dan adik karena ayahnya, Baskoro, sedang dalam perjalanan dari luar kota. Akibatnya, setiap malam Ega sering bermimpi buruk tentang ibu dan adiknya. Dan Ega juga sulit makan dan sering memuntahkan apa yang ia makan.

Keadaan makin buruk saat ia melihat perlahan-lahan ayahnya berubah. Ia menyaksikan ayahnya sering berbicara sendiri di depan cermin. Tidak hanya itu, ayahnya juga jadi jarang berada di rumah. Hingga akhirnya Ega mengetahui penyebabnya. Sang Ayah memiliki kekasih seorang pria. Dan yang paling mengerikan Ega harus menghadapi ayahnya yang kini suka bersolek dan memakai pakaian ibunya.

Ibunya memang berpesan pada Ega untuk menjaga ayahnya. Tapi kalo kondisinya seperti ini, siapa yang akan menjaga Ega agar tidak gila menghadapi ayahnya beserta sang kekasih dan juga kesepian?

image

Review:

Novel Cermin Tak Pernah Berteriak adalah karya pertama dari Ida R. Yulia yang saya baca. Dari blurb saya tahu novel ini adalah novel dengan konflik yang berat dan berlapis.

Dari segi tema, penulis sangat berani mengangkat isu LGBT, yang kali ini lagi ramai-ramainya dibicarakan (momen terbitnya pas ini). Novel ini memberitahu saya sedikit gambaran tentang kaum minoritas tersebut, mulai kehidupan serta komunitasnya. Oh iya, unsur psikologi remajanya juga membuat saya menyukai novel ini.

Dari segi karakter, jujur saya sedikit kecewa, ya. Kecewanya itu sama karakter Ega nya. Entahlah, selama membaca saya sama sekali tidak bisa membayangkan Ega itu sebagai remaja cowok. Dialog, sikap, serta kepribadian Ega yang saya tangkap malah seperti remaja cewek. Selain itu saya juga menyayangkan karakter Hendi. Semula saya pikir Hendi akan punya peran penting di naskah ini, seperti Jon bagi Baskoro. Karena dari dialog batin Hendi yang ingin menarik simpati Ega, membuat saya berpikir ada something pada diri Hendi. Tapi nyatanya tidak.

Dari segi setting, saya acungi jempol buat penulisnya. Risetnya benar-benar top markotop. Setting London dan Jogja sangat detail sekali. Sehingga saya seolah ikut berada di dua lokasi tersebut.

Untuk alur dan ploting, saya tidak mengalami masalah sama sekali. Penempatan flashback-nya pas dan tepat. Semua disusun dengan rapi.

Story telling penulis sangat luwes dan mengalir. Bahasanya lugas sehingga mudah dinikmati.

Tetapi, yang saya tidak mengerti adalah penamaan subjudul yang diambil dari penggalan puisi itu. Saya kok tidak menemukan kesinkronan penamaan sub judul itu dengan ceritanya. Jadi, saya tidak tahu apa fungsi penggalan puisi tersebut.

Buat yang ingin membaca novel yang mengangkat tema LGBT dan ada unsur psikologinya, maka novel ini rekomendasi banget untuk dibaca.

Terakhir, saya memberikan 3,5 bintang dari 5 bintang untuk novel Cermin Tak pernah Berteriak karya Ida R. Yulia ini. ^^

Review: Muara Rasa

image

Judul: Muara Rasa
Penulis: Devania Anesya
Penerbit: Ice Cube
Tebal: 186 halaman
Tahun terbit: 2015
Harga: Rp 48.000,-

Sinopsis:

image

Ketika musim liburan semester, Flora–dipanggil Flo–yang kuliah di Yogyakarta memutuskan pulang ke Surabaya. Ravi yang berkuliah di Jakarta, mengetahui kepulangan Flo dan memutuskan untuk pulang juga–meski harus menghadapi papanya. Di surabaya sahabat mereka Val sudah menunggu.

Namun, pulang ternyata tidak terlalu menyenangkan. Flo yang menyimpan rasa pada Val harus menelan kekecewaan saat tahu Val sudah memiliki kekasih bernama Karen dan harus puas dengan label adik. Sementara Ravi masih diam-diam menyukai Flo meski tahu gadis itu menyukai Val. Selama ini mereka selalu bersikap diam demi persahabatan mereka.

Tapi, saat berkumpul di kafe Karen, semua yang disimpan itu terungkap. Ravi tidak bisa lagi menyimpan perasaannya dan mengungkapkan pada Flo, Flo pun harus mengakui perasaannya pada Val, yang ternyata sudah diketahui oleh Val. Semua jadi kacau. Persahabatan mereka berada di ambang kehancuran.

Namun, saat Ravi mengalami suatu kejadian yang hampir merengut nyawanya, Flo dan Val tidak bisa membohongi hati mereka. Mereka menyayangi Ravi. Dan tidak ingin Ravi pergi meninggalkan mereka.

Akankah mereka harus kembali mengorbankan rasa cinta mereka demi persahabatan yang terlalu lama mereka bina?

Review:

image

Ini bukanlah novel pertama dari Devania Annesya yang saya baca. Dan seperti novel-novel sebelumnya, penulis berhasil membuat saya menyukai novel ini.

Seperti yang terlihat di sinopsis, novel ini mengambil tema cerita persahabatan. Saya selalu menyukai kisah persahabatan. Terlebih kisah persahabatan yang di dalamnya terdapat konflik yang lebih kompleks. Juga ada konflik antar anggota keluarga.

Untuk karakternya, 3 karakter utama cerita ini cukup kuat. Saya suka karakter-karakternya. Semua saling melengkapi. Tidak hanya itu, karakter pendukungnya pun sama menariknya. Penulis berhasil membangun karakter-karakternya, mulai tokoh utama sampai karakter pendukung.

Gaya bercerita, penulis sudah jangan diragukan lagi. Saya selalu suka dialog-dialog yang dibuat. Lucu dan bikin saya ketawa-tawa. Celetukannya terasa natural. Tidak garing. Dan untuk bagian sedihnya pun dapat.

Untuk typo, novel ini cukup bersih. Salah satu yang membuat saya puas.

Tetapi kelemahan novel ini menurut saya terletak sama setting waktunya. Entahlah, saya kadang dibuat bingung, meski di atas sebelum cerita dimulai ada keterangan waktu kapannya. Ada flashback yang terasa di masa kini. Tetapi secara keseluruhan saya masih bisa mengikuti meski adegan kini dan flashback silih berganti.

Nah, yang unik dari novel ini–dan selalu jadi ciri khas penulisnya–novel ini lagi-lagi endingnya menggantung. Bikin gemes, sumpah! Gregetan. Mungkin si penulis beranggapan bahwa tidak ada kisah yang benar-benar berakhir. Makanya kisah di novelnya selalu terasa menggantung.  Tapi ajaibnya saya setuju kisahnya diakhiri di bagian itu.

Oke secara keseluruhan saya menyematkan 4 dari 5 bintang untuk novel ini. Saya harap penulis masih menghasilkan karya yang spektakuler lainnya.

Quote favorit saya:
Namun setiap rasa pada akhirnya membutuhkan muara. Akhir dari perjalanan panjang. Akhir dari segala rasa sakit.

Review: Above The Stars

Judul: Above The Stars
Penulis: D. Wijaya
Penerbit: Ice Cube
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 248 Halaman

image

Sinopsis:

Menurut Danny Jameson, hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orangtua dan sahabat satu-satunya (Mia Berry) yang protektif, mesin tik Braille yang tidak dimiliki teman-temannya, dan semacam magnet yang menarik John Scheuller and the genk untuk terus mengganggunya. Namun yang paling buruk adalah ia memiliki sepasang mata biru yang tidak bisa melihat. Danny paling takut kalau dirinya tidak bisa melihat selamanya.

Lalu Will Anderson datang. Will masuk ke dalam lingkar persahabatan Danny-Mia, walau Mia sering bersikap sinis pada Will. Perlahan Will mengubah kehidupan Danny yang membosankan. Will memberikan Danny 3 permintaan yang ingin sekali Danny lakukan. Dan 3 permintaan Danny adalah:
1. Ingin terlihat normal
2. Pergi ke kelab malam
3. Dicium seseorang

Satu persatu Will berusaha mengabulkan permintaan Danny. Tapi dalam usaha mengabulkan itu terjadi masalah. Ibu Danny tidak suka terhadap Will. Ibu Danny mengganggap Will memberi pengaruh buruk.

Mampukah Will mewujudkan 3 impian Danny? Lalu apa yang dilakukan Danny saat tiba-tiba Will menghilang begitu saja? Lalu siapakah yang disukai oleh Mia Berry?

Review:

image

Above The Stars adalah debut dari D. Wijaya. Untuk debut menurut saya ini novel yang luar biasa. Saya langsung jatuh cinta dan ketagihan ingin baca karya dari D. Wijaya selanjutnya.

Oke, saya akan menyebutkan hal yang membuat saya menyukai novel ini:
1. D. Wijaya mengambil tema yang menurut saya sangat berani, terlebih dengan isue yang sesang heboh saat ini. Meski hal itu tidak jadi poin penting dalam cerita ini. Tapi saya suka bagaiman D. Wijaya meramunya dalam bagian novel ini.

2. Karakternya kompleks. Danny yang buta dan terlihat lemah. Will yang semangat dan cinta kebebasan. Serta Mia yang protektif dan sinis. Semua karakter itu berhasil membuat ikatan yang kuat antar tokohnya. Interaksi antar tokoh membuat cerita semakin hidup. Chemistry dapat banget!

3. Gaya bahasa. D. Wijaya sudah memiliki story telling yang bagus. Ia mampu bercerita dengan lancar. Semua terasa mengalir begitu saja. Dia membiarkan tokohnya bergerak sendiri di dalam cerita. Selain itu saya suka dialog-dialognya. Pas. Apalagi dialog antara Will-Mia yang lebih banyak sinisnya.

4. Saya suka rasa persahabatan yang terjadi antara Danny-Will- Mia. Benar-benar membuat saya ingin memiliki sahabat-sahabat seperti mereka.

5. Ini yang paling membuat saya jatuh cinta sama novel ini: D. Wijaya berhasil membuat hati saya terenyuh. Saat-saat mau ending saya benar-benar terbawa perasaan. Sampai-sampai mata saya berkaca-kaca (Terakhir saya berkaca-kaca saat baca novel Happily Ever After by Winna Efendi). Untung saja saya tidak nangis, walau hampir saja. Hehehe

Sementara kelemahan novel ini:
1. Typo di beberapa bagian.
2. Belum terjawabnya alasan yang membuat Will bisa dekat dan -ehem- sama Danny. Masih ada tanda tanya dihubungan mereka.

Oke, begitulah review saya untuk novel Above The Star ini. Semula saya ingi  beri 4 bintang, tapi karena saya berhasil nyesek dibuatnya, jadi saya berikan semua bintang (5 bintang) untuk debut D. Wijaya ini. Dan sesuai yang saya tulis di atas, saya akan setia menunggu karya-karya D. Wijaya selanjutnya.

image

Quote favorit saya:

“Danny, kau tahu kenapa aku suka daun? Karena mereka gugur, seperti setiap detik dalam kehidupan kita, seperti kita semua pada akhirnya.”–Will Anderson (hal. 34)

Review: Kokeshi

Judul: Kokeshi
Penulis: Vina Sri
Penerbit: Metamind (PT. Tiga Serangkai)
Tebal: 295 Halaman
Genre: Detektif

image

Sinopsis:
Setelah sepuluh tahun berpisah, Dina mendapat sebuah pesan dari Ira, saudari kembarnya. Ira mengajak Dina liburan bersama di Sukabumi. Dina yang sejak kecil selalu merasa hidup di bawah bayang-bayang Ira tentu saja tidak menggubrisnya. Hingga suatu hari datang sebuah kabar: Ira ditemukan tewas di penginapan. Diduga bunuh diri. Dan hal itu membuat Dina merasa bersalah, sekaligus tidak percaya Dina nekad bunuh diri.

Sejak kematian Ira, Dina merasa ada yang aneh. Ia merasa dibuntuti seseorang. Tidak hanya itu, sebuah paket datang dengan nama pengirim Ira. Isinya sebuah koseshi beserta pesan rahasia.

Dina menduga Ira dibunuh. Demi Ira, Dina nekad pergi ke Jepang, tempat Ira selama ini tinggal. Dina mencoba mengusut kasus kematian Ira. Di sana Dina menemukan satu orang yang diduga pelaku pembunuh Ira. Tapi tiba-tiba si terduga ditemukan tewas dengan mengenaskan. Perjalanan Dina di Jepang tidak mendapatkan hasil apapun.

Tapi Dina tidak menyerah. Pencariannya berlanjut ke Sukabumi, tempat penginapan Ira ditemukan tewas. Di sana Dina bertemu Aldi, anak pemilik penginapan, dan Ilham, sepupu Aldi. Bertiga mereka mencoba mengungkap pembunuh Ira.

Mereka berhasil menemukan sedikit bukti. Tapi sesuatu terjadi. Aldi diculik si pelaku. Akankah Dina dapat membongkar pembunuh Ira sesungguhnya, sedangkan nyawanya sendiri terancam?

image

Review:
Kokeshi adalah novel Vina Sri yang pertama kali saya baca. Saya sangat tertarik dengan novel ini karena bergenre Detektif.

Dari segi ide cerita novel ini sangat menarik. Kasus pembunuhan dengan rahasia sebuah organisasi penjualan manusia. Sepanjang membaca novel ini saya berhasil dibuat berdebar-debar. Bertanya-tanya apa yang selanjutnya terjadi. Dan saat sampai di halaman terakhir saya cukup puas, karena endingnya tidak bisa saya duga. Penulis berhasil menyamarkan pelaku pembunuhan sebenarnya. Dan saya anggap penulis berhasil mengecoh saya.

Dari segi karakter, karakter Dina, Aldi dan Ilham sangat kuat dan menarik. Ketiga karakter berhasil membuat cerita semakin hidup. Dan interaksi antara mereka terjalin dengan baik.

Untuk setting penulis berhasil menjabarkannya. Baik yang di Sukabumi maupun di Jepang. Saya bisa berimajinasi seolah berada di sana.

Yang menjadi kelemahan novel ini menurut saya alurnya agak terlalu lambat. Penulis terlalu lama melempar satu kunci untuk kasus pembunuhan Ira. Dan, di awal ada sedikit rasa bosan. Apalagi perjalanan Ira di Jepang sama sekali gagal menurut saya, kecuali memperbaiki hubungannya dengan ibu kandungnya.

Oh iya, satu pesan yang saya tangkap dari novel ini adalah: Hubungan darah tidak akan pernah putus. Sebenci apapun kita, sejatinya kita sangat mencintai saudara kita itu. Maka, sebelum terlambat, perbaiki hubungan yang sempat renggang itu.

Secara keseluruhan saya menyukai novel ini. Dan saya rekomendasikan bagi para pembaca yang suka cerita detektif atau yang membutuhkan bahan bacaan yang baru. Saya memberikan 3,5 bintang untuk novel Kokeshi karya Vina Sri ini.

Semoga ke depannya penulis bisa menciptakan karya yang lebih baik lagi. ^^

image

Review: Take Off My Red Shoes

Judul: Take Off My Red Shoes
Penulis: Nay Sharaya
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2015
Tebal: 240 halaman

image

Sinopsis:
Natashya–atau dipanggil Atha–mempunyai saudara kembar bernama Athalia–atau Alia. Meski kembar, mereka tidak identik. Banyak perbedaan di antara mereka. Dari segi fisik Atha hanya biasa saja, tidak seperti Alia yang secantik putri.
Selama ini Atha terlalu lama memendam kesenyian dalam hidupnya. Keinginan dalam hidup hanya dua: mendapat tempat yang sama seperti Alia dan memperoleh perhatian dari Ares, kakaknya yang sempurna.
Atha juga punya sesuatu yang membuatnya berbeda dari gadis lain, yaitu terobsesi dengan warna merah, terlebih sepatu merah. Menurutnya sepatu merah sumber keberuntungan. Sehingga saat melihat anggota cheers menggunakan sepatu merah, Atha pun berusaha mati-matian untuk masuk tim cheers.
Dengan bantuan Kegan–tetangga sekaligus sahabat Ares–Atha berlatih gerak-gerakan cheers. Tetapi perjalanan tidak mudah, karena saat audisi dia harus bersaing dengan Ameera, teman masa kecilnya yang lincah dan lentur. Selain itu juga ada Monik yang kemampuannya tidak bisa dipandang remeh. Tetapi suatu kejadian membawa Atha menjadi tim cheers. Dia senang akhirnya bisa memakai sepatu merah yang dia anggap sumber keberuntungan.

Tapi, apa yang terjadi jika di saat penampilan perdana tim cheers tidak memakai sepatu merah? Akankah Atha sanggup tampil tanpa sepatu merah itu? Lalu bagaimana dengan reaksi Ares saat tahu bahwa Atha menyukainya? Lalu apa yang akan dilakukan Alia saat tahu orang yang disukainya menyukai Atha?

image

Review:
Baiklah, Take Off My Red Shoes adalah novel karya Nay Sharaya yang pertama kali saya baca. Saat tahu novel ini terinspirasi dari dongeng SEPATU MERAH, saya semangat sekali untuk membacanya. Karena jujur, saya sangat suka novel-novel yang didl dalamnya terdapat unsur dongeng.

Dari segi ide cerita ini menarik banget. Anak kembar yang bertolak belakang. Anak kembar yang mendapat perlakuan berbeda. Ada unsur dongeng dan psikologinya juga. Saya benar-benar nggak mau berhenti untuk membacanya sampai akhir.

Karakter para tokohnya sangat kuat. Atha yang selalu menyimpan masalahnya sendiri. Alia yang ceria. Ares yang perhatian, dan Kegan yang usil. Semua saling mendukung untuk menghidupkan cerita. Favoritku adalah karakter Atha-Kegan. Apalagi interaksi keduanya, chesmistrynya dapet banget.

Secara alur, pas banget. Nggak cepat dan nggak juga lambat. Semua sesuai ritmenya. Plotingnya disusun dengan rapi. Banyak teka-teki yang diselipkan penulis yang membuat kita bertanya-tanya, dan itu sungguh memainkan psikologi kita.

Kalau dari gaya bercerita, jangan ditanya lagi. Semua mengalir seperti air. Lancar banget. Diksinya sederhana dan pas. Sesuailah dengan bacaan untuk remaja.

Namun, tetap saja saya menemukan kekurangan di novel ini. Terutama typo, yang di halaman 3 sudah saya temukan. Sangat disayangkan sekali, typonya lumayan. Selain itu mengenai psikologi Atha, saya tidak tahu apa nama kelainan yang diderita Atha itu. Juga cara penyembuhannya. Sayang sekali penulis tidak membuat satu bab atau 2 bab gimana perjalanan Atha untuk sembuh. Saya pernah baca novel tentang kleptomania, di sana saya puas karena penulis menceritakan tentang proses terapi yang dialami tokohnya.

Oke secara keseluruhan saya menikmati sekali membaca novel ini. Sangat direkomendasikan bagi remaja/dewasa yang menyukai cerita roman yang dibumbui unsur dongeng dan psikologi. Dan terakhir, saya menyematkan 4 dari 5 bintang untuk novel Take Off My Red Shoes ini, 3,5 untuk ceritanya dan 0,5 untuk covernya yang kece banget. ^^

Dear Mantan

Judul: Dear Mantan
Penulis: Rina Kartomisastro
Penerbit: Senja
Tahun Terbit: 2015

image

Sinopsis:

Jika kenangan seumpama benda, aku memilih membuang semuanya. Namun jika ada satu yang harus disimpan, aku memilihmu. Kamu adalah kenangan terindah sejauh apa yang kuingat.

Mungkin terdengar berlebihan. Tetapi kenyataannya, perasaanku kepadamu selalu berlebih. Sekeras apapun kumelupakanmu, sejauh apapun kuberlari, kamu tetap menghantui.

Tetapi aku bisa apa, jika kamu tak lebih dari mantan saja?

Di antara sekian banyak orang yang tidak menyadari bahwa mantan adalah bagian dari masa lalu, siapa sangka bila selebritis cantik papan atas seperti Alea Pita termasuk di dalamnya.

Mantan yang sudah lama menghilang, tiba-tiba saja muncul. Alea mulai mengabaikan karier dan orang-orang yang peduli padanya, hanya demi sang mantan. Duh!

Tetapi apa jadinya bila sang mantan membuat kehidupannya yang sempurna, sedikit demi sedikit mulai hancur berantakan?

image

Review:

Dear Mantan adalah novel pertama dari Rina Kartomisastro yang saya baca. Ide ceritanya sederhana, tetapi penulis mengeksekusinya dengan baik. Diksi yang digunakan lembut dan manis, membuat saya terhanyut. Gaya bercerita yang lugas sehingga mudah dipahami.

Tokoh-tokoh memiliki karakter yang kuat. Apalagi tokoh utamanya. Saya senang karena di sini tokoh utamanya tidak terlihat sempurna kebaikannya, bahkan lebih banyak diekspos kurangnya.

Plotingnya disusun rapi, ada banyak teka-teki yang dilempar penulis tentang si mantan tokoh utama. Dan kejutan ada di endingnya. Meski ya … novel ini berakhir sad, tapi menurut saya manis dan pas. Saya suka ceritanya berakhir di sana.

Ada banyak ilmu baru juga yang saya dapat di novel ini. Yaitu tentang dunia artis. Bagaimana kehidupannya. Bagaimana persaingannya. Bagaimana pekerjaannya.

Untuk pesan, novel ini banyak pesa  moral yang disampaikan. Salah satunya, saat jadi orang besar kita jangan lupa pada orangtua kita.

image

Secara keseluruha  saya suka novel ini. Saya kasih 4 dari 5  bintang. Saya tunggu karya penulis selanjutnya. ^^

Simple Thing Called Love

Judul: Simple Thing Called Love
Penulis: Anna Triana
Penerbit: Elexmedia Komputindo
Tahun Terbit: 2015

image

Sinopsis:
Cinta itu (harusnya) sederhana. Seperti rasa yang ada di hati Dee-Dee untuk Dido. Juga yang ada di hati Kano buat Dee-Dee. Tapi semua rumit karena keadaan.

Cinta Dee-Dee tak lagi sederhana karena Dido milij semua cewek remaja. Dido adalah drummer rupawan dari band papan atas, The Cliff.

Yang ada di hati Kano pun rumit karena label persahabatan yang dibangun di atas permusuhan juga kesamaan selera musik.

Bagaimana Dee-Dee, Dido, juga Kano menyederhanakan keadaan? Benarkan cinta memang sederhana?

image

Review:
Dari ide cerita, novel ini mainstream banget. Dua orang yang mulanya musuhan, lalu jadi sahabat karena suatu kesamaan, dan pada akhirnya salah satu pihak jatuh cinta. Ya, seperti itulah secara kasar gambaran idenya. Tapi, semainstream apapun ide kalau berhasil dieksekusi dengan baik, pasti hasilnya bisa bagus juga. Dan, terbukti di novel SIMPLE THING CALLED LOVE ini. Penulis begitu lincah dan piawai dalam bercerita. Bahasanya mengalir dan remaja banget. Jadi sesuai dengan segmen pembaca yang ditujukan.

Untuk penokohan, karakter-karakternya kuat dan hidup. Dee-Dee yang pecicilan, Kano yang dingin tapi perhatian, dan Dido yang ramah dan hangat. Semua saling melengkapi, sehingga cerita menjadi hidup.

Setting cerita di novel ini menggunakan dua negara, Indonesia dan Australia. Ide yang bagus karena membuat pembaca tidak bosan dengan settingnya. Tapi yang disayangkan penggambaran settingnya masih kurang. Penulis belum berhasil menggunakan teknik show , penulis masih tell dalam menggambarkan setting.

Ploting cerita disusun dengan rapi. Pembaca digiring dengan irama yang konstan untuk menemui klimaks cerita. Dan saya suka sekali endingnya. Syukurlah Dee-Dee berakhir sama orang yang tepat. ^^

Oke, secara keseluruhan novel ini rekomen banget dibaca. Teman yang baik buat mengisi liburan. Saya memberi 3,5 bintang dari 5 bintang untuk novel ini.

Sebelas

Judul: Sebelas
Penulis: Dya Ragil
Penerbit: Ice Cube
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 48.000,-

image

Sinopsis:
Kembali ke Jogja, Rania tak habis pikir kenapa Mas Bara berhenti main bola. Padahal Rani tahu betul bahwa sepak bola sudah seperti napas bagi Mas Bara, sama seperti dirinya. Penasaran dengan keputusan Mas Bara, Rania tergerak untuk mengorek informasi dari teman-teman terdekat Mas Bara.

Namun penyelidikan Rania ternyata berujung pada perkenalannya dengan dua senior yang paling berpengaruh di ekskul sepak bola: Mas Danang yang berlagak sebagai pelatih dan Mas Bayu, kapten tim ekskul yang begitu membenci Rania dan Mas Bara.
Tapi, mencari alasan Mas Bara berhenti main bola tidaklah mudah, sama seperti keinginan Rania untuk jadi pesepak bola wanita.

image

Review:
Sebelas adalah novel debut dari Dya Ragil. Dari ide cerita, saya sangat menyukai novel ini karena bercerita tentang dunia sepak bola. Dunia sepak bola dibahas dengan apik, menandakan bahwa penulis juga menyukai hal tersebut.

Dari segi karakter, tokoh-tokohnya dibangun dengan karakter yang kuat. Sehingga dapat menghidupkan cerita.

Untuk gaya bahasa, tutur bercerita penulis sangat baik. Bahasanya lugas. Seperti kebanyakan novel remaja lainnya. Sehingga mudah diikuti.

Untuk ploting dan setting, plot diatur dengan rapi. Dan setting berhasil dihadirkan dengan showing, bukan telling.

Tapi bagian yang paling saya suka adalah endingnya.

Sementara kelemahan novel ini hanya kesalahan teknis pada pengetikan dan beberapa karakter pendukung yang kurang diekspor. Padahal kalau diekspor bisa makin menghidupkan cerita.

Saya menyematkan 4 dari 5 bintang untuk novel SEBELAS karya Dya Ragil ini.

image